Mengapa menulis puisi? Karena harus. Saat lintas peristiwa, gejolak emosi jiwa, kecamuk pemikiran, endapan perenungan mendesak untuk dituangkan dalam baris kata dan jari-jari menekan tombol-tombol papan ketik menyusun larik-larik diksi, mengalir begitu saja. Sejalan dengan laku yang menjadi kebiasaan, rasa ingin tahu menuntun pada pencarian: tentang teknik dan pemahaman. Membaca karya-karya pujangga yang terkenal dan tersembunyi. Kembali mengenal dasar-dasar: bunyi suara, pola tuang, rima, ritme, makna, makna di balik kata, dan seterusnya. Terus berlatih dan terus belajar dan semakin dahaga. Puisi-puisi kontemporer dalam buku ini merupakan hasil kontemplasi penulis tanpa tendensi untuk menjadi ujar bijaksana, karena penulis sepenuhnya sadar: setiap tulisan adalah hak pembacanya untuk diinterpretasikan secara personal, yang mungkin berbeda dengan pengartian penulis. Jika ternyata ada puisi yang Anda rasakan sebagai kata-kata Anda, maka memang puisi itu ditulis sebab Anda dan untuk Anda. Jika tidak, maka tak jadi soal juga. Karena E.E. Cummings pernah berkata: "Puisi hadir untuk Anda dan untuk saya, bukan untuk semua orang." Maka saya akan terus berpuisi sampai kehabisan kata. Bandung, 29 Agustus 2016
Hinweis: Dieser Artikel kann nur an eine deutsche Lieferadresse ausgeliefert werden.
Hinweis: Dieser Artikel kann nur an eine deutsche Lieferadresse ausgeliefert werden.